Halaman

Jumat, 23 November 2012

Tranfusi Darah Yang Benar




darahMembran sel darah merah berisi sedikitnya 300 faktor penentu antigenic berbeda. Sedikitnya 20 antigen golongan darah terpisah dapat dikenal; tanda dari masing-masing adalah di bawah control genetic dari chromosom loci. Kebetulan, hanya ABO dan Rh Sistem yang penting pada transfusi darah. Setiap orang biasanya menghasilkan antibody ( alloantibodies). Antibodi bertanggung jawab untuk reaksi-reaksi dari transfusi. Antibodi dapat menjadi  “alami” atau sebagai respon atas sensitisasi dari suatu kehamilan atau transfusi sebelumnya.



Sistem ABO
Kromosomal untuk sistem ABO ini menghasilkan dua alleles: A dan B. Masing-masing merepresentasikan suatu enzim yang merupakan modifikasi dari suatu permukaan sel glycoprotein, menghasilkan antigen  yang berbeda. (Sebenarnya, ada berbagai varian A dan B.) Hampir semua individu tidak mempunyai A atau B " natural" yang menghasilkan antibody [ sebagian besar immu-noglobulin M ( IgM)] melawan antigens ( Tabel 29-7) di dalam tahun pertama kehidupan. Antigen H adalah precursor dari system ABO tetapi diproduksi oleh suatu chromosom tempat berbeda. Tidak adanya  antigen H( hh genotype, juga disebut Bombay pheno-type) mencegah munculny gen A atau B; individu dengan  kondisi sangat jarang ini  akan mempunyai anti-A, anti-B, dan anti-H antibodi.

Sistem Rh
Sistem Rh ditandai oleh dua gen yang menempati chromosome. Ada sekitar 46 Rh-berhubungan dengan antigens, tetapi secara klinis, ada lima antigen utama ( D, C, c, E, dan e) dan menyesuaikan dengan antibody .Biasanya, ada atau tidak allele yang paling immunogenic dan umum, D antigen, dipertimbangkan. Kira-Kira 80-85% tentang populasi orang kulit putih mempunyai antigen D. Individu yang kekurangan allele ini disebut Rh-Negative dan biasanya antibodi akan melawan antigen D hanya setelah terpapar oleh ( Rh-Positive) transfusi sebelumnya atau kehamilan ( seorang Ibu Rh-Negative melahirkan bayi Rh-Positive).


Sistem Lain
Sistem  lain ini meliputi antigen Lewis, P, li, MNS, Kidd, Kell, Duffy, Lutheran, Xg, Sid, Cartright, YK, dan Chido Rodgers antigens. Kebetulan, dengan beberapa perkecualian ( Kell, Kidd, Duffy, Dan), alloantibodi melawan  sistem ini jarang menyebabkan reaksi hemolytic serius.

TES KOMPATIBILITAS


Tujuan tes ini adalah untuk memprediksi dan untuk mencegah reaksi antigen-antibody sebagai hasil transfusi sel darah merah. Donor dan penerima donor darah harus di periksa adanya antibody yang tidak baik.

tabel golongan darah
http://keladitikus.info/images/stories/ntkanker-keladi/ani-kemo-horisontal2.gif

Tes ABO-Rh
Reaksi Transfusi  yang paling berat adalah yang berhubungan dengan inkompatibilitas ABO; antibody yang didapat secara alami  dapat bereaksi melawan antigen dari transfusi (asing), mengaktifkan komplemen, dan mengakibatkan hemolisis intravascular. Sel darah merah pasien diuji dengan serum yang dikenal  mempunyai antibody melawan A dan B untuk menentukan jenis darah. Oleh karena prevalensi secara umum antibodi ABO alami, konfirmasi jenis darah  kemudian  dibuat dengan menguji serum pasien  melawan sel darah merah dengan antigen yang  dikenal.
Sel darah merah pasien juga diuji dengan antibody anti-D untuk menentukan Rh. Jika hasilnya adalah Rh-Negative, adanya antibodi anti-D d dapat diuji dengan mencampur serum pasien dengan sel darah merah Rh (+).Kemungkinan berkembangnya antibodi anti-D setelah paparan pertama pada antigen  Rh adalah 50-70%.

Crossmatching
Suatu crossmatch  transfusi: sel donor dicampur dengan serum penerima. Crossmatch mempunyai tiga fungsi: ( 1) Konfirmasi jenis ABO dan Rh  (kurang dari 5 menit), ( 2) mendeteksi antibodi pada golongan darah lain , dan ( 3)  mendeteksi antibody dengan titer rendah atau tidak terjadi aglutinasi mudah. Yang  dua terakhir memerlukan sedikitnya 45 menit.

Screening Antibodi
Tujuan test ini adalah untuk mendeteksi dalam serum adanya antibodi yang biasanya dihubungkan dengan reaksi hemolitik non-ABO. Test ini (dikenal juga Coombs Tes tidak langsung) memerlukan 45 menit dan dengan mencampur serum pasien dengan sel darah merah dari antigen yang dikenal; jika ada antibodi spesifik, membran sel darah merah dilapisi, dan penambahan dari suatu antibodi antiglobulin menghasilkan aglutinasi sel daraah.  Screening ini rutin dilakukan pada seluruh donor darah dan dilakukan untuk penerima donor sebagai ganti dari crossmatch .

Type & Crossmatch  versus Type & Screen
Timbulnya suatu reaksi hemolytic yang serius setelah transfusi dari  ABO- dan Rh-Compatible Transfusi dengan screening negatif tetapi tanpa  crossmatch kurang dari 1%. Crossmatching, bagaimanapun, meyakinkan pentingnya kemanan yang optimal dan mendeteksi adanya antibody  yang lain yang muncul dalam screening. Crossmatch kini dilakukan hanya untuk prosedur operasi elektif dg kemungkinan transfusi darah. Oleh karena waktunya sekitar 45 menit jika sebelumnya prosedur dua type dan screen telah didokumentasikan, pada beberapa Center telah memulai crossmatch secara komputer.

Pemesanan Darah UntukOperasi

Kebanyakan rumah sakit menyusun daftar operasi yang akan dilakukan  dan yang maksimum jumlah unit yang dapat dicrossmatch preoperati. Seperti  pada praktek mencegah  berlebihan Crossmatching darah. Daftar pada umumnya didasarkan pada masing-masing pengalaman institusi. Suatu crossmatch-to-transfusion perbandingan kurang dari 2.5:1 dipertimbangkan bisa diterima. Hanya suatu type and screen dilakukan jika timbulnya transfusi untuk suatu prosedur kurang dari 10%. Jika transfusi diperlukan, dilakukan cross-match . Pinjaman secara khas dibuat untuk pasien anemic dan mereka yang mempunyai kelainan pembekuan.


TRANSFUSI DALAM KEADAAN DARURAT
Ketika pasien sedang exsanguinating, kebutuhan transfusi terjadi sebelum penyelesaian suatu crossmatch, penyaringan , atau bahkan identifikasi tipe darah. Jika jenis darah pasien sudah dikenal, dilakukan crossmatch kurang dari 5 menit, akan mengkonfirmasikan kompatibilitas ABO. Jika jenis darah penerima tidak dikenal dan transfusi harus dimulai sebelum penentuan, jenis O Rh-Negative  darah mungkin bisa digunakan.


BANK DARAH
Darah dari pendonor disaring untuk mengeluarkan  zat-zat yang dapat mempengaruhi kondisi medis yang kurang baik bagi penerima donor. Hematocrit ditentukan, jika >37% untuk allogeneic atau 32% untuk donor autologous, darah dikumpulkan, diidentifikasi, disaring untuk antibodi, dan dilakukan pengujian adanya Hepatitis B, Hepatitis C, sipilis,human T cell leukemia virus ( HTLV)-1 dan HTLV-2, dan Human immunodeficiency virus ( HIV)-1 dan HIV-2. Kebanyakan pusat penelitian sedang melakukan tes terhadap asam nucleat virus RNA untuk mendeteksi Hepatitis B dan C dan virus HIV ,dan sedang melakukan deteksi terhadap West Nile Virus. Ada test yang sangat sensitif, dan mereka perlu membatasi virus dengan window positif  tetapi test negatif.
Pertama, darah dikumpulkan kemudian tambahkan larutan anticoagulant. Larutan yang paling umum digunakan adalah CPDA-1, yang berisi sitrat sebagai antikoagulan (berikatan dengan Calcium), fosfat sebagai buffer, dextrose sebagai sumber energi sel darah merah, dan adenosine sebagai precursor dari sintesa ATP.
Darah dengan CPDA-1- dapat disimpan untuk 35 hari, setelah kelangsungan hidup sel darah merah dengan cepat berkurang. Sebagai alternatif, penggunaan AS-1 ( Adsol) atau AS-3 ( Nutrice) meluas umur rata-rata 6 minggu.
Semua unit yang dikumpulkan dipisahkan ke masing-masing komponen, yang diberi nama, sel darah merah, platelets, dan plasma.
Ketika disentrifuge, 1 unit Whole blood utuh menghasilkan sekitar 250 mL packed red blood cel ( hematocrit 70%); mengikuti penambahan larutan saline, volume suatu unit packed red cell sering mencapai 350 mL. Sel darah merah secara normal disimpan pada 1-6°C. Sel darah merah dapat dibekukan dalam larutan glycerol hypertonis sampai 10 tahun. Teknik yang belakangan pada umumnya disediakan untuk penyimpanan darah dengan phenotypes jarang. Supernatant disentrifuge untuk menghasilkan platelets dan plasma.  1 Unit platelets yang diperoleh biasanya berisi 50-70 mL plasma dan dapat disimpan pada 20- 24°C untuk 5 hari. Sisa plasma supernatant diproses dan dibekukan untuk menghasilkan Fresh frozen plasma; pembekuan cepat mencegah inaktifasi faktor pembekuan ( V dan VIII). Pencairan yang lambat dari Fresh frozen plasma menghasilkan suatu  gelatin presipitat ( cryo-precipitate) yang berisi faktor VIII dan fibrinogen dengan konsentrasi tinggi. Ketika dipisahkan, cryoprecipitate ini dapat dibekukan kembali untuk disimpan. Satu unit darah menghasilkan sekitar 200 mL plasma, yang mana dapat dibekukan untuk disimpan; sekali ketika, harus ditransfusi dalam 24 jam. Platelets boleh sebagai alternatif untuk mencapai plateletpheresis, yang ekuivalen dengan enam unit reguler dari pasien .



TRANSFUSI INTRAOPERATIF

Packed Red Blood Cells

Transfusi darah sebaiknya diberikan packed red cell, dan dapat mengoptimalkan penggunaan dan  pemanfaatan bank darah. Packed Red Blood Cell ideal untuk pasien yang  memerlukan sel darah merah tetapi tidak penggantian volume ( misalnya, pasien anemia dengan congestive heart failure). Pasien yang dioperasi memerlukan cairan seperti halnya sel darah merah; kristaloid dapat diberikan dengan infuse secara bersama-sama dengan jalur intravena yang kedua untuk penggantian volume cairan.
Sebelum transfusi, masing-masing unit harus diperiksa secara hati-hati dicek dengan kartu dari bank darah dan identitas dari penerima donor darah. Tabung transfusi berisi 170-J.m untuk menyaring gumpalan atau kotoran. Dengan ukuran  sama dan saringan berbeda  digunakan untuk mengurangi  leukocyte isi untuk mencegah febrile reaksi transfusi febrile pada pasien yang sensitif. Darah untuk transfusi intraoperative harus dihangatkan sampai 37°C. terutama jika lebih dari 2-3 unit yang akan ditransfusi; jika tidak akan menyebabkan hypothermia. Efek tambahan hypothermia dan  secara khas 2,3-diphosphoglycerate ( 2,3-DPG) konsentrasi rendah dalam darah yang disimpan dapat menyebabkan suatu pergeseran kekiri ditandai hemoglobin-oxygen kurva-disosiasi dan, menyebabkan hipoxia jaringan. Penghangat darah harus bisa menjaga suhu darah > 30°C bahkan pada aliran rata-rata sampai 150 ml/menit


FRESH FROZEN PLASMA
Fresh Frozen Plasma ( FFP) berisi semua protein plasma, termasuk semua factor pembekuan. Transfusi FFP ditandai penanganan defisiensi faktor terisolasi, pembalikan warfarin therapy, dan koreksi coagulopathy berhubungan dengan penyakit hati. Masing-Masing unit FFP biasanya meningkatkan faktor pembekuan 2-3% pada orang dewasa. Pada umumnya dosis awal 10-15 mL/kg.  Tujuannya adalah untuk mencapai 30% dari konsentrasi faktor pembekuan yang normal.
FFP boleh digunakan pada pasien yang sudah menerima transfusi darah masive. Pasien dengan defisiensi ANTI-THROMBIN III atau purpura thrombocyto-penic thrombotic dapat diberikan FFP transfusi.
Masing-Masing unit FFP membawa resiko cepat menyebar yang sama sebagai unit darah utuh. Sebagai tambahan, pasien dapat menjadi peka terhadap protein plasma. ABO-COMPATIBLE biasanya diberi tetapi tidak wajib.  Seperti  butir-butir darah merah, FFP biasanya dihangatkan 37°C sebelum transfusi.


Platelets
Transfusi Platelet harus diberikan kepada pasien dengan thrombocytopenia atau dysfunctional platelets dengan pendarahan. Profilaxis Transfusi trombosit dapat diberikan pada pasien dengan hitung trombosit 10,000-20,000 oleh karena resiko perdarahan  spontan.
Hitung trombosit kurang dari 50,000 x 109/L dihubungkan dengan peningkatan perdarahan selama pembedahan. Pasien dengan thrombocytopenia yang mengalami pembedahan atau prosedur invasive harus diberikan profilaxis transfusi trombosit  sebelum operasi, hitung trombosit harus meningkat diatas 100,000 x 109/L. Persalinan pervaginam dan prosedur bedah minor dapat dilakukan pada pasien dengan hitung trombosit yang agak rendah tapi fungsi trombosit normal dan hitung trombosit >50,000 x 109/L.
Masing-Masing unit platelets mungkin  diharapkan untuk meningkatkan 10,000-20,000 x 109/L dari trombosit. Plateletpheresis unit berisi yang sejenisnya  enam unit donor tunggal. Peningkatan lebih sedikit dapat diharapkan pasien dengan suatu sejarah platelet transfusi. Disfungsi dapat meningkatkan perdarahan pada pembedahan bahkan ketika trombosit normal dan dapat didiagnosa preoperative dengan memeriksa masa perdarahan. . Transfusi. Platelet diindikasikan pada pasien dengan disfungsi trombosit dan meningkatkan perdarahan pada pembedahan. ABO-compatible platelet transfusi adalah diinginkan tetapi tidak perlu. Transfused Platelets biasanya survive hanya 1-7 hari yang mengikuti transfusi. ABO kompatibel dapat meningkatkan platelet survival. Rh sensitisasi dapat terjadi di Rh-Negative donor dalam kaitan dengan adanyanit donor tunggal. Peningkatan lebih sedikit dapat diharapkan pasien dengan suatu sejarah platelet transfusi. Disfungsi dapat meningkatkan perdarahan pada pembedahan bahkan ketika trombosit normal dan dapat didiagnosa preoperative dengan memeriksa masa perdarahan. . Transfusi. Platelet diindikasikan pada pasien dengan disfungsi trombosit dan meningkatkan perdarahan pada pembedahan. ABO-compatible platelet transfusi adalah diinginkan tetapi tidak perlu. Transfused Platelets biasanya survive hanya 1-7 hari yang mengikuti transfusi. ABO kompatibel dapat meningkatkan platelet survival. Rh sensitisasi dapat terjadi di Rh-Negative donor dalam kaitan dengan adanya beberapa butir-butir darah merah di (dalam) Rh-Positive platelet Unit. Lebih dari itu, anti-A atau anti-B zat darah penyerang kuman di (dalam) yang 70 mL plasma pada setiap platelet unit dapat menyebabkan suatu reaksi hemolytic melawan terhadap butir-butir darah merah penerima ketika sejumlah besar ABO-incompatible platelet unit diberi. Administrasi Rh immuno-globulin ke Rh-Negative Individu dapat melindungi dari Rh sensitisasi yang mengikuti Rh-Positive platelet Transfusi. Pasien  yang kembang;kan zat darah penyerang kuman melawan terhadap HLA antigens lymphocytes di (dalam) platelet berkonsentrasi) atau platelet spesifik antigens memerlukan HLA-COMPATIBLE atau single-donor unit. Penggunaan plateletpheresis transfusi boleh ber/kurang kemungkinan sensitisasi.


Transfusi Granulosit
Transfusi Granulosit, yang dibuat dengan leukapheresis, diindikasikan pada pasien neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak respon dengan antibiotik. Transfusi granulosit mempunyai masa hidup dalam sirkulasi sangat pendek, sedemikian sehingga sehari-hari transfusi 1010 granulocytes pada umumnya diperlukan. Iradiasi dari granulosit menurunkan insiden timbulnya reaksi graft-versus-host , kerusakan endothelial berhubungan dengan paru-paru, dan lain permasalahan berhubungan dengan transfusi leukosit ( lihat di bawah), tetapi mempengaruhi fungsi granulosit. Ketersediaan filgrastim ( granulocyte colony-stimulating faktor, atau G-CSF) dan sargramostim ( granulocyte-macrophage colony-stimulating faktor, atau GM-CSF) telah sangat mengurangi penggunaan transfusi granulosit.

Referensi:
Morgan, G. Edward. 2005. Clinical Anesthesiology, 4th Edition. Mc Graw-Hill Companies, Inc. United State.


Komponen dalam Golongan Darah




1. Asal Komponen
Darah yang diambil langsung dari donor yang disebut dengan Whole Blood (WB) bercampur dengan antikoagulan yang sudah tersedia dalam kemasan kantong darah dengan tujuan mencegah penggumpalan darah donor sehingga dapat disimpan dan diberikan ke pasien. Dari kantong tersebut darah dapat dipisah-pisahkan menjadi Sel Darah Merah pekat atau dikenal dengan istilah Packed Red Cell (PRC), Platelet Rich Plasma (PRP), Cryoprecipitate dan Thrombocyte Concentrate (TC)), Fresh Frozen Plasma (FFP), sehingga dari satu kantong tersebut dapat dipergunakan untuk lebih dari satu pasien secara tepat. (Guide Preparation Use and Publishing Europe, 2002)
2. Fungsi Komponen

Sel darah merah pekat atau Packed Red Cells diberikan pada kasus kehilangan darah yang tidak terlalu berat, transfusi darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal. Sel darah merah pekat cuci atau Wash Packed Cells diberikan pada penderita yang alergi terhadap protein plasma. Konsentrat Trombosit atau Thrombocyte Concentrate diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit. Plasma segar beku atau Fresh Frozen Plasma diberikan pada 6
penderita hemofili. Cryoprecipitate diberikan untuk penderita hemofili dan Von Willebrand. (http://utdd-pmijateng.blogspot.com/2007).
3. Masa Penyimpanan Komponen

Darah Lengkap atau Whole Blood disimpan pada suhu 2O – 6O C hingga 21 hari (dengan CPD) dan hingga 35 hari (dengan CPDA), Packed Red Cells disimpan pada suhu 2O – 6O C hingga 21 hari (dengan CPD), dan hingga 35 hari (dengan CPDA), Thrombocite Concentrate disimpan pada suhu 20O – 24O C hingga 3 hari, Buffy Coat disimpan pada suhu 20O – 24O C segera dipakai (24 jam), Fresh Frozen Plasma disimpan pada suhu < -18O C (beku) hingga 1 tahun (bila cair 6 jam), Cryoprecipitate disimpan pada suhu < -18O C (beku) hingga 1 tahun (bila cair 6 jam), Wash Packed Cells setelah dicuci segera dipakai (< 4 jam), (Rahmawati B, 2005)
B. Trombosit

Trombosit adalah sel darah yang dipakai tubuh dalam proses pembekuan saat tubuh mengalami luka terutama apabila luka tersebut tidak mampu ditutup oleh vasokonstriksi pembuluh darah.Trombosit berasal dari sel darah yang tidak berinti yang dihasilkan oleh sumsum tulang dengan cara melepaskan diri (fragmentasi) dari sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui rangsangan suatu bahan stimulator humoral yang disebut trombopoetin, dimana kadarnya akan meningkat pada kasus trombositopenia.
Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Pada manusia, interval waktu dari deferiensiasi sel asal sampai dihasilkan 7
trombosit adalah kurang lebih 10 hari. Bila kebutuhan hemopoesis atau ada rangsangan terhadap sumsum tulang maka produksi trombosit padat meningkat 7-8 kali. Trombosit yang baru dibentuk biasanya lebih besar dan memiliki kemampuan hemostasis yang lebih baik dari pada trombosit tua dalam sirkulasi. Trombosit masuk aliran darah dan bersirkulasi selama 7-10 hari. Jumlah trombosit dalam darah normal antara 150 000 - 400 000/ mm3. Dalam keadaan normal, sepertiga dari jumlah trombosit yang bersirkulasi berada dalam limfa. Regulasi trombosit didarah tepi dibawah mekanisme control trombopoetin sehingga konsentrasi trombosit disirkulasi konstan. Bila jumlah trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan trombopoetin lebih banyak untuk merangsang trombopoesis. (Hoffbrand A.V, dkk, 2005)

Cara menentukan golongan darah



Seperti yang kita ketahui, secara umum golongan darah manusia terdiri dari 4 macam, yaitu A, B, AB dan O. Tetapi tahukah kita apa yang menentukan jenis golongan darah yang kita miliki? Bukanlah golongan darah ayah atau ibu kitalah yang menentukan, melainkan golongan darah keduanyalah yang menentukan. Bahkan tanpa test DNA pun secara mudah kita dapat mengetahui apakah seorang anak adalah anak asli dari pasangan orang tua. Di sinetron Indonesia, hal ini sering dipakai meski kadang tidak tepat. Kenapa?
Mungkinkan ayah bergolongan darah A dan ibu bergolongan darah B memiliki anak bergolongan darah O? Atau Ayah B dan Ibu O memiliki anak bergolongan darah A? Dari mata kuliah Biologi pada saat SMA dulu, sebenarnya golongan darah itu terdiri dari sepasang kromosom. Bila golongan darah A bisa terdiri dari AA (Ia Ia) atau AO (Ia Io). Selengkanya sebagai berikut :
A : Ia Ia atau Ia Io
B : Ib Ib atau Ib Io
AB : Ia Ib
O : Io Io
Ambil suatu contoh, Ayah (A) kawin dengan Ibu (B) maka kemungkinan anaknya adalah :
Kemungkinan I Jika A(Ia Ia) dan B(Ib Ib) :
Ia Ia + Ib Ib
Anak (Pasangkan satu kromosom golongan darah Ayah dengan satu kromosom golongan darah Ibu)
1. Ia Ib (AB)
2. Ia Ib (AB)
3. Ia Ib (AB)
4. Ia Ib (AB)
Kemungkinan II Jika A(Ia Ia) dan B (Ia Io)
Ia Ia + Ib Io
Anak :
1. Ia Ib (AB)
2. Ia Io (A)
3. Ia Ib (AB)
4. Ia Io (A)
Kemungkinan III jika A(Ia Io) dan B(Ib Ib)
Ia Io + Ib Ib
Anak :
1. Ia Ib (AB)
2. Ia Ib (AB)
3. Io Ib (B)
4. Io Ib (B)
Kemungkinan III jika A(Ia Io) dan B(Ib Io)
Ia Io + Ib Io
Anak :
1. Ia Ib (AB)
2. Ia Io (A)
3. Io Ib (B)
4. Io Io (O)
Sehingga kesimpulannya bila Ayah A dan Ibu B maka kemungkinan golongan darah anak bisa A, B, AB dan O. Dengan kata lain jangan curiga jika anak anda bergolongan darah O!
Nah jika Ayah AB dan IBU O, bisa di pastikan anaknya bergolongan darah A atau B tidak mungkin AB atau O. Koq bisa? Anda bisa gabung-gabungkan dengan cara di atas. Selamat mencoba! smile" class="wp-smiley" />

Sistem Penggolongan Darah ( ABO, MN, Rhesus )


Golongan darah manusia dibagi menjadi beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dari aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi ) yang terkandung dalam darah seseorang. Penggolongan darah ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Lendsteiner dan Donath. Di dalam darah manusia terdapat aglutinogen (antigen) pada eritrosit dan aglutinin (antibodi ) yang terdapat di dalam plasma darah.

Penemuan Karl Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu ketika eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain, maka terjadi penggumpalan (aglutinasi). Tetapi pada orang selanjutnya, campuran itu tidak menyebabkan penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin (antibodi) yang terdapat pada serum darah. Aglutinogen dibedakan menjadi dua yaitu:
  • Aglutinogen A : memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
  • Aglutinogen B : memiliki enzim galaktose pada rangka glikoproteinnya. Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin α dan β .

Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja atau aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama sekali. Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi dasar penggolongan darah manusia berdasarkan sistem ABO.

Menurut sistem ABO, golongan darah manusia dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuk2eV2_dO3XF7Wvmo5zPLhTft5iBvIhIHcPYZkYDdg5wShMO4tKJEdKKbZpk1zfAJc38QoB2DpcK9h0B2tAhqt5ikiAUdezUu8oqag1l8x6EG3R6R3XQKchtEjCqIVaV1OsUCxwxLiPM2/s640/Golongan+Darah+ABO.png.jpg
Penggolongan darah pada manusia maupun hewan selain dengan sistem ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan sistem MN. Hal ini didasarkan pada hasil penemuan antigen baru oleh K. Landsteiner dan P. Levine pada tahun 1927 pada eritrosit. Antigen ini oleh Landsteiner dan Levin diberi nama antigen M dan antigen N. Sama halnya dengan sistem ABO, apabila di dalam eritrosit seseorang terdapat antigen M maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah M, apabila di dalam eritrosit seseorang yang lain terdapat antigen N maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah N, dan apabila sesorang yang lain lagi memiliki kedua antigen tersebut (MN) maka orang tersebut bergolongan darah MN.

Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang memiliki alela ganda, yaitu alela LM yang mengendalikan antigen M dan alela LN yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat dominansi antara alela LM dan alela LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua antigen tersebut (M dan N) maka orang itu bergolongan darah MN.

Untuk pewarisan golongan darah MN parental kepada filiusnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAVEPMjgxhOGHj74_4vHnYSWEERJwA0Q1zlwPRYFH-3BdQpQU5ypk-bHSz6LNRlvcU0XgEg8BW4d3_-d9-0E1j1qCabnQP6Goh3mMywY007nRvdVXExzadzJu1WlYaM2aY1SKU1mTIecKl/s640/Golongan+Darah+MN.png.jpg
Landsteiner dan A.S. Weiner pada tahun 1946 menemukan antigen tertentu dalam darah Maccacus rhesus, yang diberi nama antigen rhesus (Rh). Antigen ini jugaditemukan dalamsel darah merah manusia, sehingga darah manusia di golongkanmenjadi 2 yaitu Rh+ dan Rh- :
  • Orang bergolongan Rh+ : Bila di dalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit berwarna.
  • Orang bergolongan Rh- : Bila dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit putih.

Adanya antigen Rh di dalamdarah dikendalikan oleh gen IRh, yang dominanterhadap Irh. Sehingga genotif orang menurut sistem Rh ini dapat dibedakan atas :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2eg93knMrE3gwIwPPoZooycMfDTHyMB5HqLViLkOR5Y_xWFl614Sjj_-VvgOzu2HMN5peHCS9JPyG4Rge46sw5bvP8lQOmTMZpbvRLMISG5D-LP2N2_YWwTFsS-i5DYRZNqAgNS68A9WX/s640/Golongan+Darah+Rhesus.png.jpg
Seorang ibu yang Rh+ mengandung embrio bergolongan Rh- atau Rh+, kemungkinan anaknya akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi gangguan darah karena faktor Rh, tetapi pada ibu yang bergolongan darah Rh- :
  • bila mengandung embrio Rh-, embrio tidak akan mengalami gangguan apapun dan mungkin lahir dengan selamat
  • bila mengandung embrio Rh+, kemungkinan kandungan pertama akan lahir dengan selamat, artinya tidak mengalami gangguan karena sistem Rh ini. Tetapi pada waktu bayi ini lahir dalam rahim ibu kemungkinan akan tertinggal antigen Rh yang dapat ikut peredaran darah ibu, sehingga dalam tubuh ibu akan terbentuk zat anti Rh.

Apabila bayi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan RH-, dimana darah ibu sudah terbentuk zat anti Rh+, maka tubuh bayi akan kemasukan zat anti Rh+, dan anak itu akan menderita penyakit kuning atau anemia berat sejak lahir yang disebut erythroblastosis foetalis (sel darah merahnya tidak dapat dewasa) yang ditandai dengan :
  • tubuh menggembung oleh cairan
  • hati dan limpha membengkak
  • dalam darah banyak erithroblast (eritrosit yang belum masak yang dya ikatanya terhadap oksigen berkurang )
  • kulit berwarna kuning keemasan

Hal ini dapat terjadi karena zat anti Rh dari ibu masuk ke sistem peredaran darahanak, sehingga zat anti Rh tersebut bertemu dengan antigen Rh. Bayi yangmengalami gangguan ini biasanya tidak berumur panjang. Tetapi kondisi ini sekarang dapat ditolong dengan jalan mengganti seluruh darahnya dengan darahyang normal.

Sumber :



Mengenal jenis golongan darah



http://loexie.files.wordpress.com/2012/09/golongan-darah.jpg?w=812
Golongan darah adalah ciri khusus pada darah yang dilihat dari jenis antibody dan antigen yang dimiliki. Ciri khas ini ada karena terdapat perbedaan pada protein dan karbohidrat yang terletak pada permukaan membran sel darah merah. Penggolongan darah sendiri menggunakan penggolongan antigen ABO dan juga menggunakan Rhesus. Sebenarnya darah manusia tidak hanya memiliki antigen ABO dan faktor Rh saja, masih ada 46 antigen lain yang ada, namun semuanya itu tidak ada pola yang teratur dan tidak berpengaruh terhadap percampuran darah.
Penggolongan darah berdasarkan antigen ABO
Jenis golongan darah jika dilihat dari antigen ABO, akan terdapat empat jenis, yaitu:
Golongan darah A
  • Golongan darah A memiliki tanda berupa sel darah merah yang disertai antigen A yang terletak di bagian membran sel.
  • Golongan darah A akan bisa menghasilkan antibodi untuk antigen B di bagian serum darah.
  • Untuk anda yang memiliki golongan darah A, anda hanya bisa menerima tranfusi darah dari golongan darah A dan O saja.
Golongan darah B
  • Golongan darah B memiliki tanda berupa sel darah merah yang disertai antigen B yang terletak pada bagian permukaan sel darah merah.
  • Untuk golongan darah B akan menghasilkan antibody untuk antigen A yang terletak dalam serum darahnya.
  • Untuk anda yang memiliki golongan darah B, maka anda hanya bisa menerima tranfusi darah dari golongan darah B dan O saja.
Golongan darah AB
  • Golongan darah AB memiliki tanda berupa sel darah merah yang disertai antigen A dan antigen B yang dapat menghasilkan antibody A atau B.
  • Oleh karena itu anda yang memiliki golongan darah AB, maka anda bisa menerima tranfusi darah dari golongan darah AB, A, B dan O.
  • Golongan darah AB bisa disebut juga resipien universal.
Golongan darah O
  • Golongan darah O memiliki tanda berupa sel darah merah yang tidak memiliki antigen. Golongan darah O dapat memproduksi antibody untuk antigen A dan B sehingga golongan darah O disebut sebagai donor universal, dimana anda bisa mendonorkan darah anda untuk semua golongan darah.
  • Sedangkan golongan darah O hanya bisa menerima golongan darah O saja.
Transfusi darah memang hendaknya dilakukan dengan golongan darah yang sama. Jika transfusi darah berbeda golongan darah maka akan terjadi reaksi yang disebut sebagai transfuse imunologis yang dapat mengakibatkan berbagai macam hal seperti syok, gagal ginjal, anemia hemolisis dan yang terparah adalah dapat menyebabkan kematian. Secara umum golongan darah yang mudah ditemukan adalah O, sedangkan yang paling sulit ditemukan adalah AB.
Penggolongan darah berdasarkan antigen Rhesus (Rh)
Jenis penggolongan darah yang lain adalah berdasarkan faktor Rh. Rhesus sebenarnya berdasarkan nama monyet berjenis rhesus yang diketahui pada 1940 oleh Karl Landsteiner. Darah yang memiliki faktor Rh pada sel darah merahnya disebut sebagai rhesus negatif (Rh-). Sedangkan yang memiliki faktor Rh disebut sebagai rhesus positif (Rh+). Dalam melakukan tranfusi darah, selain memperhatikan antigen ABO maka harus memperhatikan kecocokan rhesusnya untuk menjamin keberhasilan tranfusi darah. Perbedaan rhesus dapat menjadikan resipien menderita hemolisis.
Sumber:ridwanaz.com

Penggolongan Darah Berdasarkan Aglutinogen ( Sistem ABO )

Di dalam darah terdapat dua jenis aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Berdasarkan ada tidaknya aglutinogen dalam darah, Landsteiner membagi empat macam golongan darah, yaitu darah golongan A, B, AB, dan O. Sistem penggolongan darah ini dinamakan sistem ABO.

Bagaimana cara menentukan golongan darah berdasarkan ada tidaknya aglutinin dan aglutinogen? Perhatikan dengan saksama uraian berikut:


• Bila di dalam sel darah seseorang mengandung aglutinogen A dan serum darahnya dapat membuat aglutinin b, maka rumus darah orang tersebut adalah (A, b) dan mempunyai golongan darah A.
• Bila di dalam sel darah seseorang mengandung aglutinogen B dan serum darahnya dapat membuat aglutinin a, maka rumus darah orang tersebut adalah (B, a) dan mempunyai golongan darah B.
• Bila di dalam sel darah seseorang mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B, tetapi serum darahnya tidak dapat membuat aglutinin, maka rumus darah orang tersebut adalah (A, B) dan mempunyai golongan darah AB.
• Bila di dalam sel darah seseorang tidak mengandung aglutinogen dan serum darahnya dapat membuat aglutinin a dan b, maka rumus darah orang tersebut adalah (–, ab) dan mempunyai golongan darah O.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioDO4VplHqzOOL4XN6JbqrLFxjEJzAo84aoCgLxJXlHdlxUWQPv2Y6hTqg7Q9wj0H2NcFez10YdxpU8eviwIsxUfpUR0PKiYt5FCCtrvpIUrzQzAxYUzgRU_hBTQ42oL7ReZNMtwMpvmI/s1600/tabel+5.4.jpg

Mengetahui jenis golongan darah menjadi suatu hal yang penting terutama saat akan melakukan transfusi darah. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam tranfusi darah pada pendonor darah adalah jenis aglutinogen dalam eritrosit, sedangkan pada resipien adalah jenis aglutinin dalam plasma darah.

Orang yang mendapat darah disebut resipien dan orang yang memberi darah disebut donor. Sel darah yang diberikan kepada resipien berupa senyawa protein. Apabila senyawa ini tidak sesuai, maka senyawa tersebut akan bersifat sebagai antigen. Sel darah akan digumpalkan atau mengalami aglutinasi. Tiap-tiap orang memiliki golongan darah tertentu, ini berarti bahwa sel darah seseorang mengandung zat aglutinogen tertentu dan plasma darahnya dapat membuat aglutinin tertentu pula.

Penggolongan Darah Berdasarkan Rhesus Positif & Negatif

Selain sistem darah ABO, Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 juga mengelompokkan darah dengan sistem Rhesus, yaitu rhesus positif (Rh+) dan rhesus negatif (Rh–).

Berdasarkan sistem ini, jika darah seseorang diberi serum anti Rh terjadi penggumpalan, orang tersebut bergolongan rhesus positif (Rh+). Sebaliknya, jika tidak terjadi penggumpalan , orang tersebut bergolongan rhesus negatif (Rh–).

Jadi, dalam melakukan transfusi darah jika hanya memperhatikan golongan A, B, O saja tidak cukup, tetapi juga harus memperhatikan golongan rhesusnya. Walaupun golongan darah sama-sama A, tetapi jika rhesusnya berbeda maka akan terjadi penggumpalan. Namun Anda tidak perlu cemas, di Indonesia mayoritas penduduknya mempunyai golongan rhesus positif (Rh+), dan sangat jarang ditemukan orang bergolongan rhesus negatif (Rh–).

Ketidakcocokan golongan Rh antara suami dan istri dapat mengakibatkan kematian pada bayi yang dikandungnya. Apa yang akan terjadi jika pasangan suami istri memiliki golongan darah Rh berbeda? Jika anak yang dikandung bergolongan darah Rh+ maka akan terbentuk antigen Rh dalam darah bayi yang mengakibatkan penggumpalan. Kelahiran bayi pertama selamat, tetapi bayi selanjutnya akan menderita eritroblastosis fetalis atau disebut sakit kuning. Bayi yang menderita penyakit kuning menurut Philip Lavine dapat diberi pertolongan dengan mengganti darah bayi seluruhnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg2L4GpNL8cqatJxzjWPB9OhTGTU4mliV5eKaaSYUEpdm8srAmrQf0U0VJrnhdlLxGl55duVsZRgXKkXDC5F35F9VFxfk9_vZ-yOZckdLTZEFTZW89N1NUdsULDvXDscvN7a6TVgI3j5U/s1600/gambar+5.6.jpg